Sabtu, 16 Januari 2016

WASIAT TERAKHIR DARI KAKEK



WASIAT TERAKHIR DARI KAKEK
Oleh: THIEKA

Dirumah panggung, di susunan tangga kayu itu,
Ketika Langit Cane Toa cerah merekah, ditemani kicauan burung hutan yang tak sengaja hinggap di dahan yang mulai patah.
Duduk berdua denganmu disusunan anak tangga sambil menikmati cerita indah, kisah para nabi dan dunia antah berantah.

Dirumah panggung, disusunan tangga kayu itu,
Ketika segenap insan lalu lalang membawa kayu bakar dari hutan Tamun Tulang.
Duduk berdua denganmu disusunan anak tangga sambil menikmati Susu Kerbau segar yang baru diperah dari peternakan milikmu adalah sebuah romansa terindah.

Dirumah panggung, disusunan tangga kayu itu,
Ketika usiaku masih 12 tahun dan usiamu puluhan tahun,
Duduk berdua denganmu disusunan anak tangga sambil mengajakku bercanda tawa ditengah hawa Cane Toa yang sejuk ditambah mega-mega indah mempesona. Sebait kalimat darimu “Wa Kafa Billahi Wakiil”, seolah menjadi pesan buatku.

Seketika itu Aku bingung… kalimat apa yang engkau maksud, makna kalimat itu terus kucari hingga keujung negeri. Akhirnya setelah kau pergi baru aku mengerti bahwa itu adalah wasiat terakhir darimu, sebuah pesan bahwa engkau tak ada lagi bagiku dan tak ada lagi canda tawa itu.

Sebait kalimat sebagai wasiat terakhir darimu “Cukuplah Allah sebagai pelindung” telah mampu menyihirku bahwa Allah di atas segalanya.

Dirumah panggung, disusunan tangga kayu itu,
Ketika Langit Cane Toa cerah merekah, ditemani kicauan burung hutan yang tak sengaja hinggap di dahan yang mulai patah.
Dirumah panggung, disusunan tangga kayu itu,
Ketika segenap insan lalu lalang membawa kayu bakar dari hutan Tamun Tulang.
Dirumah panggung, disusunan tangga kayu itu,
Ketika usiaku telah 26  tahun dan engkau telah tiada, wasiatmu masih selalu ada, ada bersamaku saat  duduk sendiri mengenangmu di susunan tangga kayu itu. Kembali kuucapkan wasiatmu dulu “Wa Kafaa Billahii Wakiil”.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar