MARAKNYA PENGGUNA “FACEBOOK” DI
TANOH GAYO
Oleh: Sartika Mayasari Awaluddin.
Satu kata yang tidak bisa dinafikan dari
kehidupan dewasa ini adalah mahir dalam hal berkomunikasi. Sarana komunikasi dari hari kehari menawarkan
beragam pilihan, mulai dari beragamnya fitur handphone, email hingga maraknya
pengguna facebook oleh para facebooker.
Menilik
kepada sejarah berawalnya penggunaan facebook, hanyalah sebuah tindakan
sederhana oleh beberapa individu mahasiswa di Harvard-Amerika. Facebook diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 Februari 2004 oleh
Mark Zuckerberg sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard[1].
Tindakan sederhana tersebut pada akhirnya mendunia hingga sampai ke Tanoh Gayo
dan menjadikan pencetusnya jutawan mendadak.
Tanoh Gayo yang
selama ini sepi dari dunia maya, kini telah berubah menjadi ramai dengan
hadirnya media yang bernama facebook. Coba kita bayangkan, setiap detik ada
saja para facebooker yang sudi mendermakan waktu luang ber-facebook-ria
di dunia maya tersebut.
Penulis dalam hal
ini tidak menyinggung sisi negatifnya penggunaan facebook, namun lebih melihat
kepada manfaat yang diberikan sebagai media silaturrahmi. Tidak menutup
kemungkinan dibeberapa wilayah di Indonesia telah mengharamkan penggunaan
facebook. Ya… tentunya haram bagi mereka yang salah menempatkan penggunaan
facebook tersebut. Intinya, facebook akan menjadi haram ketika digunakan pada
jalur yang tidak benar.
Ada hal yang menarik
pada komunitas Gayo dalam facebook, sejarah masa silam Gayo Lues menjadi ajang
diskusi dan “kekedik-en” oleh para facebooker tanoh Gayo. Mulai
dari mendiskusikan sejarah terbentuknya tanoh Gayo hingga “retakme was mingu ni
oleh Aman Leme” juga tak kalah hebohnya pada facebook yang digunakan oleh para facebooker
tanoh Gayo.
Komunitas-komunitas
semacam ini tentunya tidak diartikan sebagai tindakan ekslusif oleh etnis
tertentu. Namun setidaknya dipahami sebagai perekat silaturrahmi antara saudara
yang berjauhan yang dipertemukan dalam dunia maya yang diberi nama facebook.
Para facebooker
tanoh Gayo tidak hanya terdiri dari generasi muda, namun digunakan juga
oleh para orangtua, pejabat dan beragam latar belakang yang telah memiliki account
dalam facebook.
Melihat banyaknya para facebooker
dari tanoh Gayo, menunjukkan bahwa tingkat kemajuan Sumber Daya Manusia
masyarakat Gayo tidak lagi buta terhadap teknologi informasi. Hanya saja apakah
fasilitas peningkatan tersebut telah didukung oleh pemerintah daerah setempat?.
Artinya, pemerintah daerah bisa saja merangkul generasi muda, para pemikir,
aktivis mahasiswa untuk membangun Gayo Lues melalui teknologi informasi semacam
ini. Bukankah ini salah satu ajang pendekatan antara pemimpin dengan rakyatnya,
antara pemerintah dengan masyarakatnya?.
Pertanyaan ini muncul didasarkan
kepada hasil yang mengagumkan dari penggunaan facebook di Kalimantan Tengah,
sebuah daerah yang sama terisolirnya dengan Gayo Lues pada masa orde baru. Setiap
keluh kesah masyarakat dituangkan dalam pesan-pesan dalam facebook, pada
akhirnya tanggapan, masukan dan saran oleh masyarakat melalui facebook
ditanggapi oleh pemerintah daerah setempat. Sehingga, kegiatan sederhana tersebut menjadi media
konstruktif bagi daerah setempat. Hasilnya, timbul kedekatan antara pemimpin
dengan rakyatnya, muncul kecintaan rakyat kepada tanah leluhurnya. Ini
merupakan suatu sampel yang bagus untuk ditiru.
Terlepas dari hal tersebut, menjadi
pemikiran kita bersama, bahwa dunia akan terus berubah seiring pesatnya
teknologi informasi dewasa ini. Lalai akan dinamika informasi maka tunggu
saatnya kita akan menjadi anak tiri dari perubahan dunia yang semakin maju.
Saatnya Gayo Lues membuka mata, saatnya para facebooker tanoh Gayo
berkarya, walau hanya didunia Maya…
Yogyakarta, 11
November 2009.
[1] http://aryantoabidin.blogspot.com/2009/05/pingin-tau-sejarah-lahirnya-facebook.html, didownload pada hari Rabu, 11
November 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar